Pages

Jumat, 11 Maret 2011

Konsep Pengkaderan


A.   DASAR PEMIKIRAN
Mahasiwa dan lembaga kemahasiswaan, adalah hal yang seharusnya tak terpisahkan. Lembaga adalah ruang sosial untuk mempraktekkan pengetahuan teoretik dibangku kuliah, dan mensinergiskannya secara akademis. Saat ini penting untuk mengembangkan tradisi aktif organisasi, dan cerdas dibangku kuliah. Hal tersebut adalah peroses pembelajaran berharga sebelum keluar dari kampus, sebagai sarjana yang berkualitas. Perlu pula disadari posisi dan peran pelanjut generasi serta kedudukan strategis kita sebagai aktor intelektual. Kaum terpelajar yang memiliki nilai tersendiri dalam ranah sosial kebangsaan kita. Mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa lembaga menempa kematangan individu seseorang, untuk siap menghadapi kondisi sosialnya kelak.
Peran Intelektual disini memiliki arah pergerakan yang selalu diperhatikan maasayarakat umum,ini tercermin dari tiap masa ke masa dimulai dari pergerakan pada tahun 60-an yang jelas-jelas pada saat itu pemerintah dengan kebijakan yang tidak berpihak pada situasi yang sedangberkembang di masayarakat. Ini  Kemudian menanadai perlawanana kaum intelektual untuk keluar dari penindsan yanag dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kemudian pada tahun 90-an dimana menandainya berakhirnya rezim ordebaru yang pada saat itu kaum intelektual berhasil menumbangkan rezim terkuat dalam sejarah nasional pemerintahan. Sampai sekarang arah pergerakan mahasiswa selalu memperhatikan kaum masayarakat umum, tidak benar ketika kaum intelektual ite hanya bikin rusuh namun dibalik itu semua tuntutan harus terpenuhi.
Manusia pada hakikatnya memiliki fungsi individu dan fungsi sosial. Pembawaan dari apa yang telah didapat sebelumnya menjadi tolak ukur manusia untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan nilai apa yang mereka anut atau geluti selama ini. Namun apakah betul keputusan itu betul murni merupakan suatu yang benar. Inilah yang kemudian akan dijadikan sebagai landasan untuk membangun  sinergitas penbentukan pola pikir untuk mengarah pada pola pikir yang bersipat ilmia namun kritis menanggapi setiap wacana yang sedang berkembang saat ini.
Layaknya organ tubuh, manusia membentuk sebuah kebersamaan yang sistemik dari kesepakatan untuk saling terkait satu sama lainnya. Berangkat dari sebuah visi, terbangunlah komitmen untuk sebuah jalinan yang dilandaskan atas kesadaran tentang kesamaan. Sebuah perasaan senasib dan saling membutuhkan yang kemudian terlembagakan. Begitulah organisasi terbentuk dan mencerminkan corak individu serta mengakomodasi kebutuhan anggotanya.
Organisasi adalah sebuah proses, ia tak sebatas organ yang statis. Didalamnya terdapat dinamika dalam setiap interaksi dan perjalanan roda kelembagaannya. Sebab ia adalah kumpulan individu yang menjadi bagian dari kebersamaan yang sadar. Sebagai individu, manusia memiliki sikap dan kehendaknya sendiri. Ketika ia mendapakan individu dengan kehendak yang sama, maka terjadilah kerjasama untuk mewujudkan satu tujuan. Namun ketika perbedaan tujuan terjadi, ruang negosiasi kemudian terbuka untuk mengkomunikasikan semua kepentingan. Tapi jika negosiasi gagal, konflik akan terjdi bahkan salah satunya harus pergi dan mencari ruang lain dimana ia mendapatkan kebersamaan yang dikehendaki.
Pola yang kemudian tecermin dari penjelasan diatas adalah sebuah pemhaman bersama untuk membentuk kondisi yang lebih kondusif dan sinkronitas anatara birokrasi dan masayarakat selalu terhubung satu sama lainya. Berangkat dari itu semua pola ini jelas berangkat dari sebuah peroses kelembagaan dan terwujud dari kesadaran akan posisi kita sebagai kaum intelektual dan pola pikir yang kritis akan wacana , hal ini untuk memahami posisi dan peran sebagai mahasiswa, khususnya ilmu pemerintahan universitas hasanuddin. Sebagai mahasiswa, kita dengan sadar menghimpunkan diri dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (HIMAPEM). ia adalah persekutuan visi yang terlembagakan sebagai representasi tujuan mahasiswa ilmu pemerintahan. Begitu pula sekaligus konsekuensi logis dari pilihan kita terhadap progam studi ini. HIMAPEM adalah rumah pertama yang hadir mengawali titik gerak kemahasiswaan kita di Universitas Hasanuddin. Sebagai fase psikologis dari masa remaja menuju dewasa.
Karakter kelembagaan ini akan terus berkembang seiring dengan dinamika sosial dalam zaman yang terus bergerak. Ada yang datang silih berganti. Semua terangkai dalam suasana, bingkai generasi yang terus berlanjut. Secara universal dalam perkaderan HIMAPEM dipahami, setiap zaman melahirkan generasi yang mewaranai zamannya, dan setiap generasi memilki spirit tersendiri dalam konteks zamannya. Artinya kita menghargai pluralitas dan latar belakang historis masing-masing. Dengan demikian, metodologi perkaderan mesti adaptif dengan kondisi kekinian. Tapi secara umum ada spirit universal yang mesti hadir dalam kerangka acuan dan tetap relevan dalam konteksnya sendiri. Nilai ini menyangkut : mentalitas kader, Intektualitas, Humanisme, kebersamaan, dan sinergitas generasi. Dengan ini kita menciptakan kader yang Distributif, Administratif, dan Partisipatoris.
Dalam perkembangan HIMAPEM kontemporer dapat dirasakan atmosfir berlembaga yang kian hari kian menurun. Hal ini terjadi akibat berbagai macam kondisi mulai dari kurang sinergisnya antara pemahaman kelembagaan dan akademik, serta kurang mampunya lembaga kemahasiswaan dalam mengadopsi berbagai macam kepentingan dari setiap anggota baik secara perorangan maupun kelompok. Oleh karena itu, diharapkan pengkaderan yang kemudian dijalankan di HIMAPEM harus mampu menganalisis segala kebutuhan agar mampu menciptakan kualitas kader yang kedepannya mampu menjalankan roda secara berkesinambungan dengan didukung penuh oleh semua perangkat keorganisasian secara kolektif.
Merdeka dan Militan sebagai identitas kader HIMAPEM haruslah dipahami secara holistik, hal ini mutlak dilakukan mengingat inilah yang menjadi perbedaan dasar antara dalam proses penciptaan dan pengembangan kader antara HIMAPEM dengan lembaga-lembaga kemahasiswaan lainnya. Merdeka dan Militan secara sempit dapat diartikan sebagai sikap bebas, bertanggung jawab dan konsisten terhadap apa yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Secara luas (filosofis) merdeka dapat diartikan sebagai kebebasan kader insan Ilmu Pemerintahan untuk membangun sebuah ide dan gagasan yang bertanggung jawab (daya cipta), sedangkan Militan diartikan kemampuan untuk memanfaatkan dan mempertahankan setiap peluang atau kesempatan yang ada untuk merealisasikan ide dan gagasan (daya karya).
Mencoba memahami dan mencermati berbagi gejolak dan segala kondisi yang terjadi maka HIMAPEM coba mengusung visi kepengurusan “Membangun Lembaga Mahasiswa dengan Identitas Kader yang Merdeka dan Militan serta Penataan Kembali Kegiatan Ilmiah dan Sosial” dan diharapkan dengan penciptaan pola pengkaderan yang jauh lebih mapan dan terorganisir dengan maksimal maka dapat tercipta karakter lembaga yang jauh lebih berwibawa dan konsisten terhadap peran dan fungsinya. Solidaritas, mental yang kuat serta kedewasaan kader dalam berfikir dan bertindak dapat tercipta sehingga mampu meretas segala persoalan yang ada.
Fase pengkaderan yang baik harus memuat konsep pelaksanaan yang terstrukur dengan matang dan berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan sampai pada proses evaluasi.
Perencanaan
Pengaturan
Pelaksanaan
Penilaian
 
Pengkaderan harus berada dalam satu pemahaman baik itu oleh Dewan Mahasiswa Pemerintahan (Legislatif), pengurus himpunan dan Panitia Pelaksana (Eksekutif) serta seluruh warga dan anggota HIMAPEM agar pengawalannya kemudian menjadi tanggung jawab kita bersama. HIMAPEM adalah sebuah lembaga proses maka harus dipahami bahwa manfaat yang kita peroleh dari berHIMAPEM pun adalah sebuah proses pula.
Kondisi HIMAPEM yang terus berubah baik itu kearah positif maupun negatif tentunya akan sangat mempengaruhi dalam merumuskan segala kebijakan yang berkaitan dengan HIMAPEM, dalam mencermati gerak perubahan HIMAPEM kami kemudian menemukan beberapa fenomena yang harus mendapat perhatian lebih karena berpotensi mengurangi nilai dan efektifitas dari pengkaderan itu sendiri dan pada ujungnya akan mengganggu eksistensi HIMAPEM itu asendiri. Fenomena tersebut antara lain:
1.      Kurangnya nilai egalitarianisme yang terganti dengan semangat kesukuan dan pandang bulu, hal ini sangat rentan mengingat berpotensi besar dalam mengakarkan keretakan internal yang berujung pada sulitnya bangunan solidaritas untuk terbentuk. Pengakderan selanjutnya diharapkan mampu meminimalisir etnisitas tersebut dengan cara menciptakan dan memasukkan nilai-nilai kebersamaan dan satu rasa dalam setiap moment-moment pengkaderan.
2.     Solidaritas kolektif yang terbangun dipudarkan dengan adanya bahasa sekat-sekat angkatan. Walaupun hal menurut kami masih belum mengemuka namun patut untuk mendapat perhatian lebih. Hal ini dapat ditaktisi dengan membaurkan setiap angkatan dalam semua prosesi kehimapeman tanpa terkecuali. Selain itu perlu dibangun sebuah kesadaran tentang bingkai HIMAPEM kepada setiap generasi. Pendekatan didalam dan diluar kampus harus selalu dipelihara. Hal ini yang menurut kami terkadang luput dari pantauan kita sebagai generasi pengkader. Patut disadari bahwa pengkaderan bukan hanya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan dalam kampus yang bersifat formal semata, akan tetapi hal-hal non formal pun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengkaderan itu sendiri dan terkadang jauh lebih efektif karena terdapat ikatan emosional yang jauh lebih dalam yang tidak didapatkan dalam prosesi pengkaderan formal.
3.     Dalam pelaksanaan kegiatan atau program kerja adanya pola hubungan struktural baik itu dalam komunikasi kelembagaan maupun tugas dan wewenang dalam hal ini antar sesama pengurus, antar sesama panitia (SC dan OC), maupun antara pengurus dan panitia yang kurang sesuai menyebabkan tidak stabilnya setiap proses dalam pelaksanaan kegiatan. Hal ini terjadi pula dalam penyelenggaraan prosesi pengkaderan. Selain itu dalam proses kepanitiaan, tidak adanya pembagian karakter yang jelas dalam kepanitiaan menjadi sebuah bumerang dalam menciptakan harmonisasi kader.
4.     Pengkaderan dipahami sebagai transformasi nilai dari senior (pengkader/trainer) ke Junior menimbulkan salah persepsi. Seakan-akan objek pengkaderan hanya ditujukan kepada generasi yang lebih muda saja. Padahal seharusnya objek pengkaderan meliputi semua generasi tanpa memandang senioritas. Hal ini yang kemudian berkembang menjadi terciptanya pengkaderan sebagai ajang aktualisasi yang overdosis dari senior kepada juniornya tanpa memperdulikan lagi essensi dari pengkaderan itu sendiri. Diharapkan pada proses pengkaderan kedepannya hal ini kemudian mampu dimaknai secara leih baik sehingga persepsi tersebut dapat dihilangkan.
5.     Minat berlembaga mahasiswa yang semakin hari semakin berkurang. Hal ini tercipta tentunya dari akumulasi masalah yang melanda dunia kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan harus mampu mengidentifikasi semua masalah tersebut dan merumuskannya kedalam setiap kebijakan sehingga lembaga kemahasiswaan bersifat solutif terhadap segala kebutuhan anggotanya.
6.     Pengkaderan sering dianggap hanya menjadi tanggung jawab departemen kaderisasi dan kepanitiaan yang berkaitan dengannya. Selanjutnya prosesi pengkaderan selalu menjadi sentrum kegiatan HIMAPEM sehingga membuat jalannya kegiatan/program kerja kepengurusan menjadi monoton di wilayah departemen kaderisasi saja, padahal proses pengkaderan harus menyentuh semua perangkat-perangkat organisasi dalam hal ini semua departemen-departemen yang ada di HIMAPEM. Oleh karena itu penyelarasan pemahaman dalam proses pengkaderan harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum prosesi ini dilaksanankan sehingga imbas dari pengkaderan dapat dirasakan secara kolektif.
7.     Tuntutan zaman dan akselerasi akademik tidak bisa dipungkiri menyebabkan semakin singkatnya periode seseorang bergelut di dunia kemahasiswaan. Kondisi tersebut memaksa lembaga kemahasiswaan harus jeli dalam mempersiapkan kadernya secara instan tetapi dengan kualitas yang lebih kompetitif. Ada kecenderungan terciptanya kondisi minim kuantitas khuusnya pada person yang diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan generasi yang bertindak sebagai pelaksana pengkaderan.
8.     Kondisi pasca melepaskan dirinya HIMAPEM secara struktural dari BEM FISIP UNHAS menuntut kemandirian HIMAPEM dalam mengelola wacana terkhusus yang berkaitan dengan lingkup eksternal.
Jejak generasi kedepan diharapkan mampu membentuk mental yang dipoles sedemikian rupa melalui pola pengkaderan yang telah disusun dengan melihat hal-hal yang mempengaruhi pola pikir generasi berikutnya. Konsep yang matang yang disusun dalam bentuk rumusan pengkaderan diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana proses pengkaderan dan bagaimana seharusnya kader dalam bertindak dan menanggapi setiap apa yang dirumuskan dalam konsep ini.
B.   TUJUAN POKOK PENGKADERAN
Ø  Mentalitas kader
Kematangan diri secara psikologis yang tercermin dalam sikap dan moralitas individu dalam organisasi.
Ø  Intelektualitas
Kedalaman ilmu, keluasan wawasan, serta ketajaman analisis baik dalam profesionalitas kepemerintahan maupun pengetahuan umum.
Ø  Kebersamaan
Harmonisasi dan interaksi yang terjalin erat dalam kultur lembaga yang solid, dinamis, komunikatif, serta saling menghargai satu sama lain.
Ø  Sinergitas akademik
Rutinitas perkuliahan formal, tidaklah dipahami secara vis a vis (bertentangan) dengan aktifitas kelembagaan kita di HIMAPEM. Aktif berorganisasi, dan cerdas dibangku kuliah.
Ø  Sinergitas generasi
    Kesadaran akan tanggung jawab kader dalam setiap fase peroses kelembagaan sebagai satu kesatuan sejarah dengan fase sebelumnya. Adanya pola perkaderan yang terus mereproduksi insan penerus organisasi. Disini ditegaskan pula keterhubungan antar angkatan sebagai satu kesatuan yang harmonis.
C.   KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan panduan penulisan dalam aspek konseptual dan teoritis. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai Hal-hal berikut:
1.      Pengkaderan Tahap Dasar
·         TOT dan Lokakarya
·         OTONOMI (Orientasi Orang-orang Merdeka dan Militan).
·         LKP (Latihan Dasar Kepemimpinan),
·         BIAS PETA ( Bina Aksi Sosial Pemerinthan )
·         Pengukuhan Anggota Baru HIMAPEM.
·         Mentoring
2.     Pengkaderan Tahap Lanjutan

PENGKADERAN TAHAP DASAR
Lokakarya dan TOT
Lokakarya pengkaderan adalah forum awal anggota sebelum memasuki fase pembekalan di TOT dan fase utama mensinergitaskan konsep yang telah ada dengan pemahaman teman-teman peserta.
Berikut beberapa kerangka konseptual mengenai Lokakarya dan TOT serta penjabaran konsep pelaksanaannya:
1.      Penjabaran hasil rumusan pengkaderan. Peserta lokakarya akan mendiskusikan hasil rumusan dari tim perumus dan mengeksplorasi kebutuhan dari kondisi kekinian serta belajar dari prosesi pengkaderan di tahun sebelumnya. Hal ini dianggap perlu karena analisis kebutuhan akan meminimalisir kesenjangan antara kemampuan anggota dan konsep yang akan dijalankan.
2.     Eksplor nilai pengkaderan dan metologi kerancuan dan fase pengkaderan sebelumnya karena ketidak adanya forum komunikasi tentang titik capai dari pengkaderan nantinya, diperlukan master plan dari pengkaderan nantinya sehingga pengkaderan tidak latah dan jelas pada wilayah subtansi.
3.     Pengkaderan kapasitas keilmuan anggota dalam hal ini trainer pada forum pengkaderan utama nantinya. Transformasi tanpa kapasitas keilmuan menjadi ambigu bila anggota yang kemudian akan bertindak sebagai eksekutor pengkaderan tidak memiliki daya analisis yang cukup. Pemahaman awal tentang corak keilmuan menjadi fokus utama baik itu pada rana pencapaian kader yang merdeka dan militan dengan sinergitasnya terhadap wacana yang berkebang akan menghasilkan sebuah karya yang ilmiah dengan penjaaran yang keriti.
4.     Pembagian wilayah kerja. Dalam loka karya dan TOT disini akan membicarakan tentang mekanisme pembagian kerja dan melalui tools materi yang berangkat dari kebutuhan peserta TOT seperti materi mengenai pola kaderisasi baik metode komunikasi hingga pemecahan masalah.
5.     Forum TOT akan dijadikan sebagai forum perekrutan bagi panitia fase pengkaderan utama, fase evaluasi akan dilakukan untuk mengetahui kesiapan kepanitiaan.

Orientasi Orang-orang Merdeka dan Militan (OTONOMI)
Orientasi Orang-orang Merdeka dan Militan (OTONOMI) adalah fase pertama dari perkaderan tahap dasar. Sebagai fase pembuka pengkaderan OTONOMI mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bagaimana pengkaderan HIMAPEM kedepannya. Suksesnya pengkaderan di  HIMAPEM termasuk pencitraan  ditentukan dari sini. Penanaman Muatan afektif menjadi fokus utama dalam prosesi ini. Berikut penjabaran muatan yang diharapkan bisa dicapai
1.      Proses ini adalah ranah sosialisasi, interaksi, dan pengenalan karakter mahasiswa baru. Hal ini dimaksudkan untuk membangun ikatan awal tali silaturahim antar mahasiswa baru yang hadir dari berbagai latar belakang historis dimasa sekolah sebelumnya, serta dengan mahasiswa yang ada di HIMAPEM yang duluan masuk dan berperoses di lembaga kemahasiswaan. OTONOMI diharapkan mampu menjadi ranah mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan dunia kemahasiswaan.
2.     Wahana intelektualitas dalam hal ini kelimuan pemerintahan, wacana sosial dasar dan kelembagaan mutlak menjadi konsumsi mahasiswa baru. Selain itu penelusuran terhadap minat dan bakat mahasiswa baru juga mulai dari prosesi ini dapat dilakukan.
3.     Pembentukan mentalitas dan solidaritas kader. Kondisi ini dapat tercipta melalui asupan-asupan kegiatan yang sarat dengan nilai satu rasa, pressure mental dengan tujuan  mengarahkan mahasiswa baru pada solidaritas kolektif, pembentukan sikap kepemimpinan dan kemampuan diplomat

Latihan Kepemimpinan Pemerintahan (LKP)
Latihan Kepemimpinan Pemerintahan merupakan tahapan pengkaderan dengan mengedepankan muatan kognitif. Fase pengkaderan ini mengarah pada pengembangan pemahaman terhadap keilmuan, keorganisasian, dan keHimapeman serta mengarah pada peningkatan solidaritas dan integritas keHimapeman.  Pengembangan pemahaman dimaksudkan sebagai pemberian bekal mendasar bagi kader untuk hidup bermasyarakat, bermahasiswa dan berlembaga melalui penguasaan berbagai perspektif sebagai pisau analisis dalam melihat gejala-gejala yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Hingga akhirnya, berbagai dialektika pada tataran konsep dan tataran praktis, diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan berilmu kepada setiap kader. Dengan demikian akan terlahir kader dengan pemikiran yang tercerahkan. Suasana dialogis dan harmonis adalah hal yang menjadi prasyarat mutlak dalam pencapaian kader dengan kualitas sebagaimana dimaksudkan diatas.
Peningkatan solidaritas dan integritas dimaksudkan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas interaksi antar mahasiswa dalam lingkup Himapem. Dalam hal ini interaksi antara calon anggota dengan anggota Himapem. Model interaksi yang pada fase sebelumnya dilaksanakan dengan pressure fisik dan mental berganti menjadi model yang lebih persuasif.

Bina Aksi Sosial Pemrintahan (BIAS PETA)
Bina aksi sosial (BIAS) merupakan fase ketiga dari perkaderan tahap dasar HIMAPEM. Hal ini adalah implementasi dari pengetahuan yang telah ditransformasikan pada fase sebelumnya. Muatan BIAS lebih pada pemahaman dasar prilaku sosial dan pengenalan praksis kemasyarakatan. Mahasiswa baru diajak untuk melihat dan menganalisis fenomena sosial lebih dekat serta dapat memberi kontribusi positif terhadap situasi sosial tersebut. Hal ini lebih jauh membina awal kebersamaan dan harmonisasi kelembagaan, setelah interaksi perkaderan yang telah lama terbangun sebelumnya. Disamping itu, interaksi yang pada fase sebelumnya hanya  pada lingkup himapem bisa diperluas menjadi berinteraksi dengan masyarakat.
Model interaksi antara mahasiswa baru dengan mahasiswa yang telah lebih dahulu menjadi anggota di himapem berubah dari persuasif menjadi kerja sama. Kerja sama disini berarti bekerja secara bersama-sama mulai dari konsep kegiatan hingga ke masalah-masalah teknis kepanitiaan. Bekerja secara bersama mengisyaratkan kesejajaran diantara kader, dengan demikian suasana harmonis akan terbagun. Disinilah wujud nyata dari penerapan pengetahuan keorganisasian yang didapatkan dari pengkaderan fase sebelumnya.
Pengukuhan Anggota Baru Himapem.
Fase ini merupakan fase terakhir dari tahap pengkaderan dasar yang dilakukan di Himapem. Pada fase ini, mahasiswa baru dinyatakan sah secara kultural dan struktural sebagai anggota baru di Himapem. Fase ini merupakan ceremonial penyambutan mahasiswa baru oleh pengurus dan anggota himapem. Penanaman rasa kebanggaan menjadi anggota baru di Himapem serta kecintaan kepada Himapem merupakan nilai yang ditanamkan pada fase ini. Sumpah mahasiswa baru yang diucapkan sebagai tanda pengukuhan menjadi anggota baru menjadi komitmen batin mengantarkan langkah anggota baru himapem untuk memulai aktivitas di Bumi Orange Himapem.

PENGKADERAN TAHAP LANJUTAN
Tahap pengkaderan ini merupakan penjagkaderan yang ditangani oleh lembaga yang ruang lingkupnya lebih besar dari Himapem dalam hal ini fokkermapi. Pengkaderan tahap ini diperuntukkan khusus untuk mahasiswa ilmu pemerintahan yang telah lulus pada latihan kepemimpinan pemerintahan atau dengan pelatihan dengan muatan yang sejenis serta melulusi syarat-syarat keanggotaan di lembaga kemahasiswaan ilmu pemerintahan dan dinyatakan lulus setelah melewati proses penjaringan atau screening. Muatan dan konsep pengkaderan tahap ini lebih lanjut dapat dilihat pada konsep Fokkermapi.

D.   KERANGKA METODOLOGIS
Kerangka metodologis merupakan penjabaran lebih mendalam tentang muatan dan capaian dari kerangka konseptual dan menyesuaikannya dengan Visi Misi kepengurusan yang ada. Diharpkan dengan dibuatnya Kerangka metodologis ini tidak terjadi salah penafsiran tentang konsep pengkaderan. 
LOKAKARYA DAN TOT
Lokakarya
  1. Penjabaran rumusan pengkaderan
  2. Analisis Kebutuhan
  3. Evaluasi dan rekomendasi pengkaderan
TOT
  1. Filosofi Pengkaderan
  2. Ilmu Pemerintahan dan Sosial
·         Filsafat Ilmu Pemerintahan
·         Relasi Ilmu Pemeintahan dan Ilmu Sosial
  1. Kemahasiswaan
·         Tanggung Jawab Intelektual
  1. Kehimapeman
·         Identitas Kader
  1. Kepanitiaan/trainer
·         Problem Solving
·         Manajemen Kepanitian
·         Keprotokoleran
·         Teknik Fasilitator
Capaian
  1. Rekruitmen panitia pengkaderan
  2. Penciptaan kesepahaman pengkaderan
  3. Up grade skill dan wawasan trainer
  4. Kejalasan tugas, fungsi, wewenang dan pola hubungan antara pengurus, SC dan OC.
  5. Penilaian awal untuk pengurus dalam menenetukan SC dan OC panitia pengkaderan
  6. Tercipatnya job description yang jelas dan pembagian karakter.
  7. Harmonisasi Tata kelola kepanitiaan.


OTONOMI
  1. Penyambutan Mahasiswa Baru
·         Registrasi
·         Analisis Kebutuhan
·         Penelusuran Minat dan Bakat
·         Pengenalan Dunia Kampus
  1. Kemahasiswaan
·         Tanggung Jawab Intelektual
·         Pergerakan Mahasiswa
·         Sinergitas Akademik dan Kelembagaan
·         Mentalitas Kader
  1. Kehimapeman
·         Sejarah himapem
·         Simbol-simbol kelembagaan
·         Orientasi Otonomi
·         Identitas Kader
  1. Wacana Pemerintahan Dasar
·         Pengantar Ilmu Pemerintahan
  1. Wacana Sosial
·         Studi Kesenjangan
·         Analisis Wacana Kritis
  1. Pengenalan IT
·         Blog dan Email
  1. Evaluasi
·         Menulis
Capaian
  1. Pengenalan karakteristik mahasiswa baru
  2. Adaptasi dunia kemahasiswaan dan kelembagaan
  3. Memberikan pemahaman tentang sinergitas akademik dan kelembgaan.
  4. Penciptaan afektifitas yang lebih humanis
  5. Penggemblengan guna memaksimalkan mentalitas kader
  6. Mengetahui minat dan bakat mahasiswa baru guna “memaksimalkan potensi” yang dimilikinya.
  7. Solidaritas kolektif (dalam tahap ini dimaksimalkan digenerasinya sendiri)
  8. Kecintaan terhadap HIMAPEM
  9. Intelektualitas (pengenalan ilmu)
  10. Membiasakan Mahasiswa baru untuk berani tampil di depan khlayak umum dan menuangkan ekspresinya dengan hal-hal positif seperti menulis.
  11. Pengembangan soft skill
·         Moralitas
·         Diplomasi
·         Konsistensi
  1. Mempersiapkan mahasiswa baru guna menghadapi tahap pengkaderan selanjutnya

LKP
  1. Keilmuan
·         Filsafat Ilmu
·         Filsafat Ilmu Pemerintahan
·         Analisis Wacana Pemerintahan
·         Hakikat Ilmu Pemerintahan
·         Enterpreneurhip dalam Perspektif Pemerintahan
·         Kearifan Lokal (Pendekatan Kultural Ilmu Pemerintahan)
·         Analisis Kebjakan Publik dan Analisis Sosial
·         Kepemimpinan Pemerintahan
  1. Kelembagaan/Keorganisasian
·         Hakekat dan Urgensi Orgnisasi
·         Metode Persidangan
·         Administrasi dan Kesekretariatan
·         Retorika dan Komunikasi
·         Keprotokoleran
·         Problem Solving
·         Decission Making
·         Manajemen Konflik
  1. Kehimapeman
·         Tupoksi Pengurus
·         Penjabaran AD/ART
·         Fokermapi
  1. Evaluasi
·         Menulis
Capaian
  1. Intelektualitas (Pendalaman Ilmu)
  2. Mampu menunjukkan kualitasnya dibawah pressure sekalipun
  3. Pengembangan soft skill
·         Daya analisis kritis
·         Retorika dan Komunikasi
·         Kedisiplinan
·         Tanggung jawab
·         Ketelitian
·         Penguasaan Forum
  1. Solidaritas dan Integritas Himpunan
  2. Persiapan guna menghadapi tahap pengkaderan selanjutnya


BIAS
  1. Bina Jasmani
  2. Pengenalan dan Pelestarian Alam dan Lingkungan
  3. Semi KKN
·         Metodologi Penelitian
·         Observasi Lapangan
·         Analisis hasil Observasi dan Pembuatan Pogram Kerja
·         Pelaksanaan Program Kerja
·         Pembuatan Laporan Akhir
  1. Bakti Sosial
  2. Romantisme Berlembaga
  3. Evaluasi
Capaian
  1. Intelektualitas (Penerapan Ilmu)
  2. Kepekaan sosial
  3. Solidaritas sosial
  4. Pengembangan Soft Skill
·         Kepemimpinan
·         Koordinasi/kerjasama
·         Komunikasi
·         Diplomasi
·         Rapport
PENGUKUHAN
1.      Pengambilan Sumpah
Pengukuhan pada hakikatnya adalah bentuk apresiasi dan pengakuan tentang sah atau tidaknya mahasiswa baru menjadi anggota HIMAPEM setelah melalui prosesi pengkaderan tahap awal. Bentuk pengukuhan ini tidak terikat tergantung dari kebijakan pengurus.
MENTORING
  1. Pengawalan
  2. Penilaian
Capaian
  1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pengkaderan termasuk memotivasi dan mengarahkan mahasiswa baru dalam hal kebutuhan dan kesiapannya.
  2. Melakukan penilaian terhadap perkembangan mahasiswa baru selama mengikuti proses pengkaderan (kekurangan dan kelebihan) agar dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh panitia pengkaderan dalam menyusun metode pengkaderan.

PENGKADERAN TAHAP LANJUTAN
Penjabaran lebih lanjut tentang Pengkaderan ini dapat dilihat di konsep pengkaderan FOKERMAPI

By: Tim Perumus Pengkaderan Himapaem 2011 Fisip  Unhas

1 komentar:

Muh. Tanzil Aziz Rahimallah mengatakan...

ini mi ini, copas baru pasang nama...hahahaha..pelanggaran hak cipta

Posting Komentar