Pages

Rabu, 16 Maret 2011

pembenaran yang dihilangkan

Jangan salah bahwa kekuatan sebuah logika mampu membungkam suatu kebenaran ,,,, faktanya bahwa kebenaran yang hakiki terus diperdebatkan tampa ada solusi dan keputusan akhir yang lahir dari perdebatan tersebut, seringkali kita dapatkan seseorang memperdebatkan sesuatu hal yang jelas sudah tidak ada keragun di dalamnya. Dalam  kehidupan  sehari-hari  sejak  jaman  purbakala  manusia  selalu  berusaha  mencari  hakekat  kebenaran  mengenai  hal-hal  yang  bersifat  hakiki,  seperti  masalah  Tuhan,  kematian,  hidup  sesudah  mati,  cinta  dan lain-lain.  Manusia  berusaha  mengerti  dan  menaklukan  alam  semesta  yang  penuh  dengan misteri.  Sampai  jaman  yang  diwarnai  dengan  kecanggihan  teknologi  saat ini,  perasaan  untuk  mengerti  dan  memahami   rahasia-rahasia  alam  semesta  termasuk  rahasia  mengenai  dirirnya  sendiri.

            Pada  masa  jaman  pertengahan,  manusia  belum  menunjukkan  minat  terhadap  studi  sistematis  mengenai  dunia  fisik,  kondisi  tersebut  banyak  dipengaruhi  oleh  pendapat  filsafat  Yunani  yang lebih  mengutamakan  “Yang  umum”  daripada  “Yang  khusus”.  Pengetahuan  yang umum  mengacu  pada  hakekat  dan  esensi  hal-hal  yang  konkrit,  sedang  yang  khusus  membedakan  benda  satu  dengan  yang  lain.

            Dalam  mitologi  Yunani  dikenal  adanya  istilah  dewa  Zeus  yang selalu  dihubungkan  dengan  persoalan  cuaca,  hujan  dan  kilat,  dewa  Poseidon  ynag  menguasai  lautan  dan  gempa  bumi.  Manakala  terjadi  bencana  alam  seperti  gempa  bumi,  banjir  dan  lain-lainnya;  manusia  selalu  menghubung-hubungkan  dengan  hal-hal  yang bersifat  supernatural.  Dalam  perkembangan  pemikirannnya  akhirnya  manusia  setelah  mengalami  berbagai  proses  berhasil  menggunakan  daya  nalarnya  (ratio)  dalam  memecahkan  persoalannya.  Seperti  yang  terjadi  pada  Abad  Pertengahan  dengan  penemuan-penemuan  ilmiah  oleh  Copernicus  dan  Edison.  Sebagaimana  pendapat  seorang  filosof  Rene  Descartes  yang  mengatakan  “COGITO  ERGO  SUM”  (Aku  ada  karena  berpikir)  maka  manusia  mulai  menggunakan  pikirannya  yang  luar  biasa  ajaibnya.  

            Sekalipun  demikian  perlu  dibedakan  antara  penggunaan  akal  sehat  (common  sense)  dengan  ilmu  pengetahuan.  Letak  perbedaan  yang  mendasar  antara  keduanya  ialah  berkisar  pada  kata  “sistematik”  dan  “terkendali”.  Ada  lima  hal  pokok  yang  membedakan  antara  ilmu  dan  akal  sehat.  Yang  pertama,  ilmu  pengetahuan  dikembangkan  melalui  struktur-stuktur  teori,  dan  diuji  konsistensi  internalnya.  Dalam  mengembangkan  strukturnya,  hal  itu  dilakukan  dengan  tes  ataupun  pengujian  secara  empiris.  Sedang  penggunaan  akal  sehat  biasanya  tidak.  Yang  kedua,  dalam  ilmu  pengetahuan,  teori  dan  hipotesa  selalu  diuji  secara  empiris.  Halnya  dengan  orang  yang  bukan  ilmuwan  dengan  cara  “selektif”.  Yang  ketiga,  adanya  pengertian  kendali  (kontrol)  yang  dalam  penelitian  ilmiah  dapat  mempunyai  pengertian  yang  bermacam-macam.  Yang  keempat,  ilmu  pengetahuan  menekankan  adanya  hubungan  antara  fenomena  secara  sadar  dan  sistematis.  Pola  penghubungnya tidak  dilakukan  secara  asal-asalan.  Yang  kelima,  perbedaan  terletak  pada  cara  memberi  penjelasan  yang  berlainan  dalam  mengamati  suatu  fenomena.  Dalam  menerangkan  hubungan  antar  fenomena,  ilmuwan  melakukan  dengan  hati-hati  dan  menghindari  penafsiran  yang  bersifat  metafisis.  Proposisi  yang  dihasilkan  selalu  terbuka  untuk  pengamatan  dan  pengujian  secara  ilmiah.

0 komentar:

Posting Komentar